Kamis, 10 Maret 2016

Selangkah Hembusan


Aku adalah seorang santri dahulunya. Yah sebutlah aku ini seorang Ulin. Ulin dalam bahasa arab
mempunyai tarkib mudhof, mudhof yang berarti bersandar dan tak mampu berdiri sendiri. Disitulah
kegundahan datang dari berbagai penjuru yang membuatku menjadi beradu-padu pada ruang dan asa.
Ketika aku mencoba menggenggam dunia, maka hanya puas sekilas yang ku dapat. Namun ketika ingin ku
pasrahkan diriku untuk akhirat, maka ujian tak henti melanda. Hingga sering ku mengeluh dan
menggantungkan impian yang tak mungkin menjadi nyata. Namun itulah awal keberhasilanku di masa kini.
Sering aku memandang orang-orang yang mempunyai potensi besar, dan tak jarang aku membayangkan
Jika aku menjadi dirinya. Jika orang sering mengatakan bahwa ucapan adalah do'a, maka akulah salah
satu orang yang mempercayainya.
Aku bukanlah orang yang hebat, bukan pula orang yang bertalent besar, namun yang selalu tertanam
dalam pikiranku adalah pesan dari Kyai dan Nyai ku, yakni "jadilah orang yang bermanfaat bagi siapapun
yang ada disekitarmu, dimanapun keberadaanmu dan kapanpun waktu mengajakmu". Awalnya memang
aku tak terlalu yakin, namun waktu memberikan jawab atas setiap doa. hingga akhirnya dapat kuraih
sebagian harapan yang sedari dulu aku inginkan. Tetapi bukan itu masalah dan ujian dalam hidupku.
Masalah yang besar bagiku adalah masalah ketika aku harus menerima perbedaan pendapat dengan
orang tuaku sendiri. kita memang mempunyai cita-cita yang harus diwujudkan, namun setiap orang tua
pasti memiliki banyak harapan untuk diwujudkan terutama untuk sebuah kebahagiaan seorang anak.
Dulu sering ku menangis dan mengeluh karena keinginanku tak dapat aku wujudkan. Namun sekarang aku
sering tertawa dan merasa lucu jika mengingatnya. Ridhollahi bi ridhol-walidain. Yah, itulah sekarang
pegangan hidupku. sepahit apapun yang aku rasakan pasti akan berbuah manis diakhir kisah nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar