Komunikasi dan
Kolaborasi Sebagai Kunci Kemajuan Indonesia
Ulinnuha Siti
Munawaroh
Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sunan
Kalijaga
Abstract
In everyday life we never be separated from the communication and collaboration. Both within the family, school or community. Therefore we use communication and collaboration as a way to improve education and the leadership of the Indonesian nation.
Without effort, the ideals of the Indonesian people who have many years of activity initiated in the preamble of the 1945 Constitution will not be realized. This is the cause of the deterioration of Indonesia, especially in education. Until now there are still many who have not been able to feel the stool education because of a lack of communication between educators and parents. So that not a few observers were overwhelmed education in addressing the problem of education in Indonesia, especially in rural areas that lack the technology.
Without effort, the ideals of the Indonesian people who have many years of activity initiated in the preamble of the 1945 Constitution will not be realized. This is the cause of the deterioration of Indonesia, especially in education. Until now there are still many who have not been able to feel the stool education because of a lack of communication between educators and parents. So that not a few observers were overwhelmed education in addressing the problem of education in Indonesia, especially in rural areas that lack the technology.
Abstrak
Dalam kehidupan
sehari-hari kita tidak pernah terlepas dari komunikasi dan kolaborasi. Baik dalam
lingkungan keluarga, pendidikan ataupun masyarakat. Maka dari itu komunikasi
dan kolaborasi kita gunakan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan
pendidikan dan kepemimpinan bangsa Indonesia.
Tanpa usaha,
maka cita-cita bangsa Indonesia yang telah bertahun-tahun digagaskan dalam
pembukaan UUD 1945 tidak akan terwujud. Inilah penyebab kemunduran Indonesia terutama
dalam pendidikan. Sampai saat ini masih banyak yang belum dapat merasakan
bangku pendidikan karena kurangnya komunikasi antara pendidik dan orang tua.
Sehingga tidak sedikit pula para pengamat pendidikan yang kewalahan dalam
mengatasi masalah pendidikan di Indonesia, terutama di daerah pedalaman yang
minim akan teknologi.
Pandangan Luas
Komunikasi dan Kolaborasi
Setiap
waktu adalah komunikasi, baik secara batin ataupun secara sadar dan nyata.
Komunikasi tidak hanya dilakukan secara langsung, namun komunikasi sekarang sering
dilakukan dengan jarak jauh. Terutama dengan berkembangnya teknologi informasi,
akses komunikasi lebih mudah dilakukan dimana saja dan kapan saja. Dalam
kepemimpinan pendidikan, komunikasi termasuk komponen utama yang harus
dilaksanakan. Karena suatu lembaga dapat bekerja secara total dan baik apabila
antara pemimpin dan yang dipimpin saling berkomunikasi dengan baik.
Untuk
mewujudkan pendidikan yang berkualitas tinggi, kita tidak hanya cukup melakukan
komunikasi saja, akan tetapi perlu diadakan kolaborasi antara pendidik dengan
pemimpin, serta antara pendidik dengan siswa. Hal tersebut sangat penting untuk
dilaksanakan karena kolaborasi merupakan salah satu alat yang dapat mempererat
antar individu dan menyeimbangkan kemampuan untuk menghasilkan produk yang
baru. Ketika kita bekerja tanpa kolaborasi maka hasil yang akan dicapai kurang
lengkap, karena dalam proses kolaborasi terdapat fungsi yang penting yaitu
saling melengkapi satu sama lain. Hal tersebut tidak kita dapatkan apabila kita
hanya bekerja secara individu. Lalu bagaimana cara melakukan komunikasi dan
kolaborasi dengan baik dalam keseharian kita?
Pemahaman Komunikasi
dalam Budaya dan Pendidikan
Kita
ketahui secara istilah komunikasi (dari bahasa Inggris “communication”),secara
etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus,
dan perkataan ini bersumber pada kata communis Dalam kata communis
ini memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha
yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna. Komunikasi
diartikan proses sharing diantara dua pihak yang melakukan aktivitas komunikasi
tersebut. Beberapa pengertian komunikasi dari berbagai ilmuan, antara lain:
- Menurut Lexicograper ( ahli kamus bahasa )Komunikasi adalah upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan jika dua orang berkomunikasi maka pemahaman yang sama dan pesan yang saling dipertukarkan adalah tujuan yang diinginkan oleh keduanya.
- Dictionary (edisi tahun 1977) Kominikasi adalah suatu proses pertukaran informasi diantara individu melalui sistem lambing-lambang , tanda-tanda atau tingkah laku.
- Frank E.X.Dance, Komunikasi adalah Suatu proses dimana orang menyampaikan stimulus dengan tujuan mengubah dan membentuk perilaku orang-orang lainnya.
- Movland, Janis dan Kelley ( 1953 )Komunikasi adalah Proses penyampaian informasi ,gagasan emosi , keahlian dan lain-lain
Untuk lebih jelasnya dibawah ini akan dikemukakan
beberapa pendapat para cerdik pandai yang mendalami komunikasi ini.
- Oxford Dictionary ( Oxford University Press, 1956 )
Menyatakan bahwa yang dimaksud dengan komunikasi
adalah the sending or exchange of information, idea, etc. atau kurang lebih
artinya “ pengiriman atau tukar menukar informasi, ide dan sebagainya “.
- Benny Kaluku
Dalam bukunya yang berjudul Planning menjelaskan bahwa
komunikasi adalah proses penyampaian pengertian dan mengandung semua unsur
prosedur yang dapat mempertemukan suatu pemikiran dengan pemikiran lainnya, ini
menyangkut pidato tertulis dan lisan, musik, gambar, teater, ballet, dan semua
kelakuan.
- Keith Davis
Dalam bukunya Human Relation at Work menyebutkan
bahwa komunikasi adalah proses jalur informasi dan pengertian dari seseorang ke
orang lain.
- Phil Astrid Susanto
Dalam bukunya, komunikasi dalam teori dan praktek
menyebutkan komunikasi adalah proses pengoperan lambang – lambang yang
mengandung arti.
- Communicative Skill ( Air University-USA )
Komunikasi adalah suatu proses yang mempunyai 3
komponen. Pertama, komunikator yaitu seseorang yang memindahkan arti. Kedua, simbol
untuk memindahkan arti. Ketiga, penerima yaitu seseorang yang menerima simbol
dan menterjamahkan artinya.
Raymond Ross
Komunikasi adalah proses menyortir, memilih, dan
pengiriman simbol-simbol sedemikian rupa agar membantu pendengar membangkitkan
respons/ makna dari pemikiran yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh komunikator.
Gerald R. Miller
Komunikasi terjadi saat satu sumber menyampaikan pesan
kepada penerima dengan niat sadar untuk memengaruhi perilaku mereka.
Everett M. Rogers
Komunikasi adalah proses suatu ide dialihkan dari satu
sumber kepada satu atau banyak penerima dengan maksud untuk mengubah tingkah
laku mereka.
Carl I. Hovland
Komunikasi adalah suatu proses yang memungkinkan
seseorang menyampaikan rangsangan (biasanya dengan menggunakan lambang verbal)
untuk mengubah perilaku orang lain.
New Comb
Komunikasi adalah transmisi informasi yang terdiri dari rangsangan diskriminatif dari
sumber kepada penerima.
Bernard Barelson & Garry A. Steiner
Komunikasi adalah proses transmisi informasi, gagasan,
emosi, keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata,
gambar, grafis, angka, dsb.
Colin Cherry
Komunikasi adalah proses dimana pihak-pihak saling
menggunakan informasi dengan untuk mencapai tujuan bersama dan komunikasi
merupakan kaitan hubungan yang ditimbulkan oleh penerus rangsangan dan
pembangkitan balasannya.
Forsdale (1981) seorang ahli pendidikan
terutama ilmu komunikasi : Dia menerangkan dalam sebuah kalimat bahwa
“communication is the process by which a system is established, maintained and
altered by means of shared signals that operate according to rules”. Komunikasi
adalah suatu proses dimana suatu sistem dibentuk, dipelihara, dan diubah dengan
tujuan bahwa sinyal-sinyal yang dikirimkan dan diterima dilakukan sesuai dengan
aturan.
Analisis : Komunikasi adalah sebuah cara yang
digunakan sehari-hari dalam menyampaikan pesan/rangsangan(stimulus) yang
terbentuk melalui sebuah proses yang melibatkan dua orang atau lebih. Dimana
satu sama lain memiliki peran dalam membuat pesan, mengubah isi dan makna,
merespon pesan/rangsangan tersebut, serta memeliharanya di ruang publik. Dengan
tujuan sang “receiver” (komunikan) dapat menerima sinyal-sinyal atau pesan yang
dikirimkan oleh “source” (komunikator).
William J. Seller
William J.Seller mengatakan bahwa komunikasi adalah
proses dimana simbol verbal dan nonverbal dikirimkan, diterima dan diberi arti.
Adapun
disebutkan dalam kamus bahasa Indonesia, komunikasi berarti hubungan antara dua
orang atau lebih untuk menyampaikan sesuatu agar dapat dipahami. Komunikasi
adalah pembawa proses sosial. Ia adalah alat yang manusia miliki untuk
mengatur, menstabilkan, dan memodifikasi kehidupan soaialnya. Proses sosial bergantung
pada penghimpunannya, pertukaran, dan penyampaian pengetahuan. Pada gilirannya
pengetahuan bergantung pada komunikasi ( Peterson, Jensen, dan Rivers, 1965:16).[1]
Dalam
kultur budaya komunikasi yang dimiliki oleh setiap daerah dan suku berbeda.
Tidak semestinya jika kita hanya berkomunikasi dengan berdasar kepada satu cara
komunikasi. Namun kita harus memperhatikan betul siapa dan darimana orang yang
kita ajak berkomunikasi. Misalnya dalam cerita berikut ini.
Suatu
perang terjadi antara sebuah kerajaan Melayu di Indonesia dan sebuah angkatan
perang penjajah karena perkara “sepele”. Ketika bekunjung ke kerajaan itu,
komandan bule mencium tangan permaisuri sebagai tanda penghormatan. Raja marah,
menganggap pemimpin kolonial itu kurang ajar. Lalu ketika presiden Amerika
Serikat John Kennedy dan Presiden Meksiko Adolfo Lopez Meteos bertemu di
Meksiko tahun 1962. Ketika mengendarai mobil, Kennedy memperhatikan jam tangan
Presiden Meksiko. Kennedy pun memuji Lopez : “Betapa indahnya jam tangan anda”.
Lopez segera memberikan arlojinya kepada Presiden Amerika seraya berkata, “Jam
tangan ini milik anda sekarang”. Kennedy pun merasa malu karena pemberian itu.
Ia berusaha menolaknya, namun Presiden Meksiko menjelaskan bahwa di negerinya
ketika seseorang menyukai sesuatu, sesuatu itu harus diberikan kepadanya-
kepemilikan adalah masalah perasaan dan kebutuhan manusia, bukan milik pribadi.
Kennedy merasa terkesan oleh penjelasan itu dan menerima arloji itu dengan
rendah hati. Tak lama kemudian, Presiden Lopez berpaling kepada Presiden
Amerika Serikat dan berkata: “Aduh, betapa cantiknya istri Anda”, yang dijawab
oleh Kennedy: “ Silakan ambil kembali jam tangan Anda”(dalam Condon dan Yousef,
1985:89).
Cerita
di atas adalah dua contoh komunikasi antar budaya. Apabila kita hanya berada
pada satu daerah saja maka yang kita dapat hanyalah budaya yang ada pada satu
tempat saja. Seperti dalam lembaga pendidikan, apabila kita hanya berada pada
satu lembaga saja maka kita akan minim terhadap pengetahuan. Ditambah lagi jika
kita hanya pasif tanpa berkecipung dengan lingkungan pendidikan sendiri. Maka
sempurnalah ketidakpahaman kita terhadap kultur budaya dalam pendidikan.
Jika
kita berkecipung dan menjalani proses pendidikan yang berpindah-pindah, maka
kita akan menemukan banyak figur budaya yang bermacam-macam. Selain itu kita
juga akan mendapat ilmu pengetahuan yang beraneka ragam. Tidak hanya yang kita
inginkan saja, namun apapun yang mampu menopang keberhasilan kita maka kita
akan mendapatkannya.
Pemahaman
Tentang Kolaborasi Secara Luas
Kerja sama merupakan salah satu
fitrah manusia sebagai mahluk sosial. Kerja sama memiliki dimensi yang sangat
luas dalam kehidupan manusia, baik terkait tujuan positif maupun negatif.
Dalam hal apa, bagaimana, kapan dan di mana seseorang harus bekerjasama dengan
orang lain tergantung pada kompleksitas dan tingkat kemajuan peradaban orang
tersebut. Semakin modern seseorang, maka ia akan semakin banyak bekerja
sama dengan orang lain, bahkan seakan tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu
tentunya dengan bantuan perangkat teknologi yang modern pula.
Bentuk kerjasama dapat dijumpai pada
semua kelompok orang dan usia. Sejak masa kanak-kanak, kebiasaan bekerjasama
sudah diajarkan di dalam kehidupan keluarga. Setelah dewasa, kerjasama akan
semakin berkembang dengan banyak orang untuk memenuhi berbagai kebutuhan
hidupnya. Pada taraf ini, kerjasama tidak hanya didasarkan hubungan
kekeluargaan, tetapi semakin kompleks. Dasar utama dalam kerja sama ini adalah
keahlian, di mana masing-masing orang yang memiliki keahlian berbeda, bekerja
bersama menjadi satu kelompok/tim dalam menyeleseaikan sebuah pekerjaan. Kerja
sama tersebut adakalanya harus dilakukan dengan orang yang sama sekali belum
dikenal, dan begitu berjumpa langsung harus bekerja bersama dalam sebuah
kolempok. Oleh karena itu selain keahlian juga dibutuhkan kemampuan penyesuaian
diri dalam setiap lingkungan atau bersama segala mitra yang dijumpai.
Dari sudut pandang sosiologis,
pelaksanaan kerjasama antar kelompok masyarakat ada tiga bentuk (Soekanto,
1986: 60-63) yaitu: (a) bargaining yaitu kerjasama antara orang per
orang dan atau antarkelompok untuk mencapai tujuan tertentu dengan suatu
perjanjian saling menukar barang, jasa, kekuasaan, atau jabatan tertentu, (b) cooptation
yaitu kerjasama dengan cara rela menerima unsur-unsur baru dari pihak lain
dalam organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya
keguncangan stabilitas organisasi, dan (c) coalition yaitu kerjasama
antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama. Di antara
oganisasi yang berkoalisi memiliki batas-batas tertentu dalam kerjasama
sehingga jati diri dari masing-masing organisasi yang berkoalisi masih ada.
Bentuk-bentuk kerjasama di atas biasanya terjadai dalam dunia politik.
Selain pandangan sosiologis, kerjasama
dapat pula dilihat dari sudut manajemen yaitu dimaknai dengan istilah
collaboration. Makna ini sering digunakan dalam terminologi manajemen
pemberdayaan staf yaitu satu kerjasama antara manajer dengan staf dalam
mengelola organisasi. Dalam manajemen pemberdayaan, staf bukan dianggap sebagai
bawahan tetapi dianggap mitra kerja dalam usaha organisasi (Stewart, 1998; 88).
Kerjasama (collaboration)
dalam pandangan Stewart merupakan bagian dari kecakapan ”manajemen baru” yang
belum nampak pada manajemen tradisional. Dalam manajemen tradisional terdapat
tujuh kecakapan/ proses kegiatan manajerial yaitu perencanaan (planning),
komunikasi (communicating), koordinasi (coordinating), memotivasi
(motivating), pengendalian (controlling), mengarahkan (directing),
dan memimpin (leading).
Tidak dapat dipungkiri bahwa
kecakapan-kecakapan di atas seperti merencanakan, mengkomunikasikan,
mengkoordinasikan, dan memotivasi perlu dikuasai oleh seorang manajer. Namun
demikian, untuk kecakapan yang ketiga terakhir yaitu mengendalikan,
mengarahkan, dan memimpin dianggap ”sudah tidak efektif lagi”. Menurut Stewart
perlu seperangkat kecakapan baru yang perlu dikuasai oleh manajer era baru
yaitu harus mampu membuat mampu (enabling), memperlancar (facilitating),
berkonsultasi (consulting), bekerjasama (collaborating),
membimbing (mentoring), dan mendukung (supporting).[2]
Kolaborasi
seringkali kita temukan dalam ajang kompetisi. Kolaborasi dilakukan oleh pihak
yang bertanding untuk menampilkan hal yang baru dan spektakuler. Tidak jauh
berbeda dengan dunia pendidikan, kolaborasi dilakukan untuk menghasilkan esensi
yang baru dalam perspektif pendidikan. Jika dalam bidang kompetisi saja
kolaborasi dapat mengubah hal yang biasa menjadi luar biasa, maka pendidikan
akan lebih maju jika ada kolaborasi yang sangat baik antar warga di lingkungan
pendidikan.
Keterkaitan
Antara Komunikasi dan Kolaborasi
Komunikasi
dan kolaborasi adalah jawaban untuk memajukan potensi dan kualitas pendidikan.
Karena dengan komunikasi dan kolaborasi yang baik maka kepemimpinan akan
terlaksana dengan baik pula. Pada umumnya hal yang paling sering mempengaruhi
kekompakan adalah komunikasi antar anggota dan pemimpin. Ketika kita kurang
berkomunikasi maka kuranglah pemahaman yang kita dapat. Selain itu kolaborasi
juga tidak kalah penting dengan komunikasi. Hal tersebut dikarenakan karena
kolaborasi menjadi salah satu cara yang mampu mendobrak kemajuan suatu lembaga
pendidikan.
Integrasi
dan interkoneksi adalah salah satu pandangan yang lebih up to date.
Dengan bahasa kounikatif yang tidak kalah unik, kolaborasi di implementasikan
dalam banyak bidang ilmu. Kolaborasi dalam suatu lembaga lebih dikenal dengan
kata manageman. Tidak jauh berbeda dengan pengertian kolaborasi yang ada, hanya
sebutan dan tempat yang digunakan sebagai ciri tersendiri pada sebuah
managemen.
Komunikasi dan
Kolaborasi di Indonesia dalam Figur Kultur Budaya
Dunia
pendidikan di Indonesia tidak hanya berpusat di Jawa, namun pendidikan di
Indonesia pada hakikatnya berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945. Maka dari
itu, kita harus mengenali cara komunkasi di Indonesia dari berbagai kultur
budaya.
Litvin
menyebutkan bahwa alasan-alasan untuk mempelajari komunikasi antar budaya
adalah antara lain yaitu dunia sedang menyusut dan kapasitas untuk memahami
keanekaragaman budaya sangat diperlukan, serta perbedaan-perbedaan individu itu
penting, namun ada asumsi-asumsi dan pola-pola budaya mendasar yang berlaku.
Dalam dunia pendidikan pun kita harus memahami pemahaman komunikasi antara satu
orang dengan orang lainnya. Karena hal tersebut sangat berpengaruh pada
penafsiran seseorang dalam mengolah informasi.
Indonesia
adalah negara yang kaya akan budaya dan bahasa. Tidak dapat kita pungkiri lagi
bahwa perbedaan adalah hal yang dapat memperkuat persatuan negara ini. Para
pahlawan juga telah memberikan tauladan kepada kita semua untuk senantiasa
berkomunikasi dengan baik, karena dengan demikian kita akan mengerti suatu hal
yang masih menjadi sebuah permasalahan. Apalagi dengan adanya kolaborasi yang
kuat, maka ikatan dan rasa memiliki kita terhadap negara ini sangatlah besar.
Komunikasi dan kolaborasi kini telah diberlakukan dalam pendidikan yang
berbasis Integrasi dan Interkoneksi. Akan tetapi masih banyak yang belum
memahami visi dan misi komunikasi dan kolaborasi dalam pendidikan, maka dari
itu ini adalah tugas kita sebagai generasi muda pembangkit bangsa. Masih banyak
hal yang dapat kita lakukan untuk Indonesia, namun alangkah lebih baik jika
kita mulai dari diri kita sendiri dengan berkomunikasi secara baik tanpa
meyakiti orang yang kita ajak komunikasi dimanapun dan kapanpun.
Banyak
pahlawan yang mengomunikasikan pendidikan dengan cara yang mereka miliki.
Seperti halnya Ki Hajar Dewantara dan R.A. Kartini, mereka adalah contoh figur
pendidikan Indonesia yang mampu
mengangkat kualitas dan pola pikir rakyat Indonesia yang merasa bahwa
pendidikan itu tidaklah penting bagi keluarga mereka. Dengan usaha yang gigih
dan penuh semangat, para pahlawan ini akhirnya mampu mengajak bangsa Indonesia
maju dalam pendidikan. Habis gelap terbitlah terang, itulah kata R.A. Kartini.
Kesimpulan
Pada
dasarnya pendidikan itu adalah penting, namun tidak semua orang menerima tanggapan
ini dengan baik karena mereka menerima informasi yang dikomunikasikan dengan
bahasa yang tidak sesuai dengan budaya mereka.
Komunikasi
yang baik dan menarik adalah salah satu kunci untuk memajukan pendidikan di
Indonesia, karena dengan demikian banyak orang yang akan berubah pikiran untuk
ikut serta di dunia pendidikan, tidak hanya itu yang kita butuhkan dalam dunia
pendidikan. Cara seorang pemimpin berkomunikasi terhadap orang yang dipimpin
pun menjadi salah satu penyebab kemajuan pendidikan. Maka dari itu walaupun
telah memiliki pangkat tinggi, hendaknya kita tidak semena-mena menjalankan
tugas dan semena-mena dalam memperlakukan orang berada dibawah kita. Karena
suksesnya suatu lembaga pendidikan juga dipengaruhi oleh pemimpin.
Kolaborasi
dalam perspektif pendidikan juga sangat dibutuhkan karena kolaborasi merupakan
salah satu alat untuk mengatur jalannya pendidikan yang maju. Semoga di masa
yang akan datang kita dapat menjadi generasi selanjutnya yang mampu mendorong
dan memajukan pendidikan di Indonesia.
Daftar Pustaka
Mulyana, Deddy.,& Jalaludin Rakhmat. 2010. KOMUNIKASI ANTAR
BUDAYA. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Kurniawan, Syamsul & Erwin Mahrus. 2013. JEJAK PEMIKIRAN
TOKOH PENDIDIKAN
ISLAM. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.
Thaha, H. Nasruddin. Tokoh-tokoh Pendidikan Islam Di Zaman Jaya.
Jakarta: Mutiara.
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/01/25/kompetensi-sosial-pengawas-sekolah-kerja-sama/ (diakses pada hari Selasa,
22 Desember 1015, pukul:13.00 WIB)
[1] Deddy Mulyana & Jalaludin Rakhmat. KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA.
(Bandung: Remaja Rosdakarya,2010) hlm.137
[2]
[Diambil dari: Depdiknas.2009. Dimensi
Kompetensi Kepribadian & Kompetensi Sosial (Bahan Belajar Mandiri
Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah), Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan
Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar